Selasa, 29 Maret 2011


Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang berbentuk sikat kecil dengan pegangan. Pasta gigi biasanya ditambahkan ke sikat gigi sebelum menggosok gigi. Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang bulunya halus sampai kasar, bentuknya kecil sampai besar, dan berbagai desain pegangan. Kebanyakan dokter gigi menganjurkan penggunaan sikat yang lembut karena sikat keras dapat merusak lapisan enamel dan melukai gusi. Terdapat juga sikat gigi
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan menyikat gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga, selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan ragam sikat gigi yang dijual di pasaran, dari yang manual maupun elektrik. Sebetulnya, apa saja syarat sikat gigi yang bagus? Yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar kepala sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian belakang, ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 – 40 mm. Bahkan, orang dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena ukurannya yang kecil akan membantu menjangkau bagian gigi yang paling dalam.
Sedikit tips dalam memilih sikat gigi ( mudah-mudahan bisa membantu yah)
  • Pilihlah sikat gigi yang kepalanya cukup kecil sehingga dapat digunakan dengan baik dalam rongga mulut. Bagi orang dewasa panjang kepala sikat gigi 2,5 cm, sedangkan pada anak 1,5 cm.
  • Panjang bulu sikat gigi hendaknya sama. Sikat gigi dengan bulu yang panjangnya berbeda tidak dapat membersihkan permukaan datar tanpa menimbulkan tekanan pada beberapa bulu sikat.
  • Tekstur bulu sikat hendaknya memungkinkan digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan. Jangan memilih bulu keras sebab dapat merusak jaringan. Yang terlalu lunak pun dikhawatirkan tidak dapat membersihkan plak dengan sempurna. Yang paling tepat sikat gigi dengan kekakuan bulu sikat medium.
  • Gagang sikat harus cukup lebar dan tebal agar dapat dipegang kuat dan dikontrol dengan baik.
  • Untuk cara menggosok gigi yang baik dan benar sudah saya posting jadi silahkan liat ya ( sengaja saya tidak jelaskan disini karena masih banyak yang perlu diuraikan ntar biar ga bosen ^^)
Pasta gigi atau odol
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi, biasanya dengan sikat gigi. Di Indonesia, pasta gigi sering juga disebut Odol, yaitu salah satu merek pasta gigi. Walaupun merek ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak lagi dijual di Indonesia, nama Odol telah menjadi nama generik.
Sidikit tips memilih pasta gigi atau odol yang baik:
1. Pilih pasta gigi yang mengandung cukup fluoride. Fluoride berfungsi untuk menjaga gigi agar tidak berlubang. Namun, anak-anak di bawah 3 tahun sebaiknya tidak memakai odol. Pasalnya, terlalu banyak fluoride justru tidak bagus dan membuat gigi lebih rapuh.
2. Pilih pasta gigi yang busanya tidak terlalu banyak. Busa yang terlalu banyak menunjukkan bahwa kandungan deterjen di dalamnya juga banyak. Pendapat bahwa semakin banyak busa semakin baik, tentu tidak benar.
3. Hindari langsung makan setelah menyikat gigi. Pasalnya, kadar asam mulut akan turun dan fluoride pun hilang, sehingga kuman akan masuk lagi. Makan sebaiknya 1 – 2 jam setelah menyikat gigi.
4. Untuk menjaga kondisi gigi, setiap 6 bulan sekali anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan topical fluoride (pelapisan gigi). Apalagi bagi anak anak yang malas menyikat gigi.

Gigi Patah


Gigi yang sering mengalami patah adalah gigi bagian depan. Kebanyakan orang lebih memilih untuk mencabut giginya sebagai solusi dari permasalahan tersebut akibat tidak kuasa menahan nyeri yang ditimbulkan. Padahal, sebenarnya gigi patah dapat kembali normal seperti semula dengan melakukan perawatan saluran akar gigi yang kemudian bentuk gigi direhabilitasi ke bentuk semula. Patahnya gigi dapat terjadi di beberapa bagian atau lapisan yang terdapat pada gigi, akibatnya orang akan mengalami rasa nyeri, linu, berdarah, bahkan sakit gigi. Rasa sakit yang berlebihan akan timbul apabila gigi yang patah telah mengenai lapisan gigi ke tiga yakni ruang pulpa. Pulpa adalah jaringan lunak yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf, yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk gigi, serta berperan dalam menghasilkan kepekaan gigi.
Menurut drg Atiek Rosli SpKG, spesialis konservasi gigi dari Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta, patah gigi dapat diklasifikasikan ke dalam enam kelas dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda.
Pertama, kelas I, yaitu gigi patah yang mengenai lapisan terluar yakni email. Pada kelas ini, pasien belum merasakan adanya berbagai macam keluhan seperti nyeri pada giginya.
Kedua, kelas II, gigi yang patah telah sampai pada lapisan kedua yakni dentin di mana ruang pulpa terbentuk namun belum terbuka. “Ketika patah gigi telah sampai pada lapisan ini, maka akan timbul rasa ngilu pada gigi,” ujar Atiek, sapaannya.
Ketiga, kelas III, pada tingkat ini gigi patah terjadi hingga lapisan ketiga yakni ruang pulpa dan telah mengalami pembukaan ruang. Dampak yang ditimbulkan juga menjadi lebih parah, pasien akan merasakan rasa nyeri atau sakit pada giginya. Bahkan terkadang pada bagian gigi yang patah akan mengeluarkan darah.
Keempat, lanjut Atiek, adalah kelas IV yaitu terjadi patah pada akar gigi. “Gigi akan tampak goyang, namun pada beberapa kasus hal ini kadang tidak terjadi. Sehingga untuk mengetahui lebih jelasnya dilihat dengan foto rontgen,” jelas dokter berkacamata ini.
Tingkat selanjutnya adalah kelas V dan kelas VI. Pada kelas V, gigi yang patah menyebabkan kegoyangan pada gigi. Sementara pada kelas VI, terjadi gigi intrusi (gigi masuk ke dalam gusi). Pada kejadian gigi patah baik dari kelas I hingga kelas VI, Atiek menjelaskan, hal yang harus dilakukan adalah penanganan rasa sakit berupa tindakan darurat secara cepat dan tepat agar pasien segera terbebas dari rasa sakit yang ditimbulkan. “Yang dimaksud dengan perawatan darurat adalah perawatan dengan tujuan menghilangkan rasa sakit dan kecemasan pada pasien. Perawatan ini dilakukan dengan cara menegakkan diagnosis yang tepat dan melakukan tindakan sederhana yang tepat tanpa menimbulkan cedera,” jelas Atiek di sela-sela kesibukannya menangani pasien.
Perawatan Endodontik
Menurut Atiek, patah gigi kelas III merupakan fenomena yang paling banyak terjadi dan paling menimbulkan kecemasan pada pasien. Perawatan darurat yang dilakukan adalah menghilangkan rasa sakit dengan memperhatikan kondisi gigi pasien. Setelah rasa nyeri yang ditimbulkan teratasi, maka dokter gigi akan menentukan diagnosis, prognosa maupun rencana terapi yang akan diberikan pada pasien. Perawatan saluran akar gigi (endodontik), menurut Atiek adalah cara yang paling tepat untuk penanganan pada gigi patah kelas III ini. Perawatan dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyehatkan akar gigi sehingga akar tersebut dapat direhabilitasi kembali dan bertahan di dalam rongga mulut sehingga gigi tidak perlu dicabut.
Tahap awal, perawatan yang dilakukan adalah menentukan diagnosis dengan memperhatikan anamneses (tanya jawab dengan pasien), pemeriksaan klinis dan beberapa faktor lain. Seperti jenis gigi yang patah, anatomi gigi, fungsi gigi, usia pasien, serta penyakit lain yang menyertai, misal hemofillia atau penyakit kelainan darah lainnya. Tahap ini juga ditentukan rencana terapi yang akan dilakukan berdasarkan berbagai pemeriksaan yang telah dilakukan agar didapat akar gigi yang sehat sehingga gigi dapat berfungsi kembali. Apabila perawatan saluran akar gigi telah selesai dilakukan dan berhasil, maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan rehabilitasi mengembalikan gigi ke bentuk semula. Tindakan rehabilitasi berupa mengembalikan bentuk mahkota gigi dengan pemasangan mahkota gigi buatan, bukan dengan penambalan gigi biasa.

Beberapa makanan mempunyai efek tertentu dalam reaksi terhadap gigi dan mulut. Namun perlu diingat bahwa semua yang terjadi pasti melalui suatu proses. Seperti halnya membuat makanan (memasak), bukankan memerlukan proses juga? Kadang sebagian dari kita selalu saja mencari kambing hitam dalam masalah-masalah tertentu, seperti halnya coklat (udah saya posting deh rasanya hehe), coklat dianggap merusak gigi, namun kandungan nutrisi dan efek coklat untuk tubuh sangatlah penting. Apakah kita ahrus menjauhi coklat karena ingin gigi kita sehat? kalau seperti ini bisa2 semua makanan ga boleh dimakan yah :) Sebenarnya tidak ada makanan yang perlu dijauhi untuk mendapatkan gigi dan mulut yang sehat. Semua itu kembali pada proses dan waktu, yang menjadi masalah dalam hal ini adalah sisa-sisa makan yagn masih menempel pada gigi. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan bereaksi dengan penghuni mulut kita (enzim, saliva, bakteri, kuman, asam, basa, dll). Reaksi yang terjadi adalah penguraian sisa makanan yang nantinya dapat menyebabkan karies/gigi berlubang, selain itu masalah yang ditimbulkan adalah bau mulut.
Proses terjadinya penguraian makanan atau pembusukan itu memerlukan waktu, jadi sebaiknya kita memotong proses tersebut dengan menggosok gigi dengan teratur. Apabila kita dapat memotong proses tersebut dengan rutin menggosok gigi masalah gigi dan mulut akan berkurang bahkan hilang. Selain proses cara makan kita juga mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut kita, seperti makan atau minum panas dan dingin secara bersamaan atau dalam rentan waktu yang singkat, saya berisedikit contoh: Seseorang memesan makanan yang panas dan memesan es juga nah porsi makanan seperti itu yang bisa menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaiknya makan makanan panas dan air putih saja dulu nanti kalau agak lama baru deh beli esnya :)
Masih banyak yang menanyakan tentang waktu dan cara yang tepat untuk menggosok gigi, waktu yang tepat adalah setelah kita sarapa pagi ( pada saat ini kita sudah memotong proses dan mengilangkan sisa makan seperti yang telah dijelaskan diatas) dan pada malam hari sebelum tidur. Mengapa tidak setelah makan malam? Karena setelah makan malam masih ada rentan waktu sampai kita tidur rentan waktu tersebut kadang kira makan lagi atau ngemil, dan bagi perokok kadang merokok dulu sampai menjelang tidur nah kalau kita menggosok gigi setelah makan malam dan akhirnya makan lagi walaupun sedikit, sama saja kita tidak menggosok gigi. Untuk itu lebih baik menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur. karen pada saat mulut tidak beraktifitaslah terjadi proses penguraian makanan/ pembusukan makanan dalam mulut yang nantinya akan menyebabkan karang gigi dan karies.

Jangan Abaikan Lubang Kecil Pada Gigi


Jangan pernah mencoba untuk mengobati sakit gigi sendiri. Bawalah ke dokter gigi. Sebagian besar masyarakat yang mengalami sakit gigi mengobatinya dengan berbagai cara agar sakitnya hilang, padahal dengan hilangnya rasa sakit masalah pada gigi belum benar benar hilang. Terdapat lebih dari 6 miliar mikroba tinggal dan hidup di dalam mulut, yang berasal lebih dari 500 strain yang berbeda. Yang terbanyak adalah Candida albicans, Porphyromonas gingivalis, Streptococus mutans, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Treponema denticola, dan streptococcus sanguis.
Aditya mengatakan, di dalam mulut pasti terdapat bakteri, namun yang perlu dijaga adalah agar bakteri tersebut tetap dalam keadaan normal. “Bakteri ini sebetulnya tak akan “bermasalah” jika jumlahnya seimbang dan hidup harmonis. Tetapi bisa menjadi tidak harmonis jika muncul gangguan, seperti karies (gigi berlubang), penyakit penyangga gigi (periodontal), atau ada infeksi,”
Contohnya, karies atau gigi berlubang, jika kariesnya masih kecil dan belum begitu dalam, mungkin tidaak akan mengganggu. Namun, jika dibiarkan karies akan membesar dan makin dalam, bisa terjadi infeksi. Jika gusi sudah terinfeksi maka pembuluh darah yang terbuka akibat gusi berdarah, akan menjadi jalan masuk bagi bakteri menuju peredaran darah.
Serangan atau gangguan aliran darah ke jantung terjadi akibat adanya beberapa jenis bakteri yang menempel pada sel sel darah yang dinamakan platelet. Kemudian sel-sel ini menggumpal dalam pembuluh sehingga menyumbat dan mengganggu alirah darah ke jantung. (cr1/rin) ( Fokal infeksi dapat menyebabkan penyakit jantung yang sudah ada-misalnya Penyakit Katup Jantung atau Kelainan Jantung bawaan menjadi kambuh /terinfeksi sehingga timbul Peradangan -Endokarditis . Bila sebelum operasi fokal infeksi tidak diatasi dahulu maka Pasca Operasi Jantung menyebabkan infeksi yang kadang sulit diatasi , Dede

Gusi Berdarah Pada Ibu Hamil


 Kehamilan merupakan saat yang dinantikan, namun terkadang ada beberapa hal yang mengusik hari-hari ibu hamil. Misalnya saja perubahan mood, perubahan kebiasaan, morning sickness yang mengganggu, dan ada gangguan lain dirasakan wanita saat hamil yaitu gusinya yang kerap berdarah.
      Secara umum gusi berdarah diakibatkan adanya proses sebab akibat. Plak yang terdapat pada gigi selain menyebabkan gigi berlubang juga dapat mengiritasi gusi, menyebabkan infeksi, dan pada akhirnya menyebabkan kelemahan pembuluh darah di gusi.
      Gangguan Periodontal Disease (penyakit jaringan penyangga gigi) dapat berupa infeksi pada gusi dan tulang yang menopang gigi. Ahli kesehatan oral menyatakan bahwa gangguan pada gusi ini dipicu oleh plak yang tidak dibersihkan secara seksama. Plak adalah media yang dapat menjadi sarang bakteri penyebab infeksi gusi.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala seperti berikut, segera hubungi dokter gigi.
  1. Jarak antara gigi semakin renggang
  2. Gusi menyusut sehingga pangkal gigi semakin terlihat
  3. Gigi tanggal tanpa diketahui sebabnya
  4. Rasa nyeri pada gusi
  5. Halitosis (aroma mulut tak sedap)
Kelainan atau penyakit pada jaringan penyangga gigi atau gusi dapat juga disebabkan karena hal-hal lain, seperti :
  1. Penyakit sistemik, seperti Diabetes Mellitus
  2. Kehamilan
  3. Sedang menjalani terapi oral tertentu
  4. Penyakit darah, seperti anemia dan leukimia.
Yang harus dilakukan :
  • Jika gusi berdarah, segera periksakan diri ke dokter gigi untuk memastikan kondisi kesehatan oral Anda. Dokter akan memberikan terapi obat dan tindakan memperbaiki kondisi gusi.
  • Jaga kesehatan rongga mulut. Sikat gigi setiap kali setelah makan, dan bersihkan sela gigi sebelum tidur. Jika perlu gunakan obat kumur, sesuai petunjuk dokter. Dan jangan lupa konsumsi makanan sehat.
      Pada wanita hamil, gusi berdarah tidak selalu disebabkan adanya infeksi, namun bisa juga disebabkan oleh faktor hormonal, atau kombinasi keduanya. Faktor penyebab lain terkait dengan perubahan aktivitas saat hamil. Misalnya saja gangguan morning sickness pada trimester pertama sehingga ibu hamil lebih banyak tidur. Akibatnya, kebiasaan menjaga kesehatan gigi kadang terabaikan